Pencarian
Bahasa Indonesia
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
Judul
Naskah
Berikutnya
 

Hukum Sebab Akibat: Kisah Nyata dari Karma dan Transformasi Spiritual, Bagian 1 dari Banyak Seri

Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Hukum Sebab Akibat – yang juga dikenal sebagai karma – adalah prinsip universal yang mengajarkan bahwa setiap pikiran, kata, dan tindakan memicu gerakan konsekuensi berantai. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan;semua pengalaman adalah buah dari benih yang kita tanam. Dalam seri ini, kita menjelajahi kisah nyata tentang kehidupan yang berubah melalui pelajaran karma. Kisah-kisah ini mengungkapkan bagaimana kesadaran spiritual, penyesalan, dan hidup yang mulia dapat mengangkat jiwa dan membentuk ulang takdir.

Kisah pertama terjadi pada tahun 2019 dan dibagikan oleh seorang umat Buddhis awam yang menyaksikan konsekuensi karma menyedihkan yang dihadapi oleh sepasang suami istri bernama Tuấn dan Hoa. Kedua orang itu kelola kios buah kecil dekat rumah umat Buddhis itu. Awalnya, semuanya nampak biasa saja – hanya sepasang suami istri yang bekerja keras untuk mencari nafkah. Namun, seiring berjalannya cerita, menjadi jelas ada banyak hal yang tersembunyi di balik permukaan.

Saya masih ingat jelas pertama kali saya melewati tempat itu. Di depan toko, terpampang papan kayu kecil yang dicat kasar dengan tulisan: “Jual Ayam segar yang baru disembelih.” Di bawah papan itu, terdapat kandang-kandang logam sempit berisi lima atau tujuh ayam jantan, bulu-bulunya berkilau di bawah sinar matahari, mata mereka yang lebar menatap ke luar seolah menunggu sesuatu. Ayam-ayam itu berkokok keras setiap kali ada orang mendekat, tetapi beberapa menit kemudian, suara itu sering berakhir dengan bunyi tercekik sebentar, lalu sunyi.

Setiap makhluk hidup di dunia ini, sekecil apa pun, diciptakan oleh Tuhan dan memiliki jiwa – dengan hak untuk hidup. Itulah mengapa umat Buddhis awam itu tidak bisa menahan rasa sedih setiap kali melewati dan menyaksikan penderitaan setiap hari para insan-ayam, mati dalam rasa sakit dan penderitaan. Hidup mereka diambil tanpa belas kasihan, dikorbankan di bawah tangan dingin Tuấn demi mencari nafkah untuk keluarganya.

Saya mendengar teriakan putus asa ayam-ayam itu – suara tajam dan menusuk yang memecah keheningan di sekitar saya. Saya berhenti dan secara naluriah melirik ke arah Tuấn yang berdiri tak jauh, tangan kirinya memegang leher ayam jantan berbulu emas, sementara tangan kanannya memegang pisau berkilau. Ayam jantan itu berjuang gigih, mengepakkan sayapnya dengan liar, tetapi dia tak bisa melepaskan diri. Dalam sekejap, pisau itu mengiris, dan aliran darah merah cerah memancar keluar, tumpah ke lantai semen yang retak saat teriakan terakhir burung itu terhenti.

Namun, yang membuat saya merinding lebih dalam adalah wajahnya – sama sekali tanpa ekspresi. Tidak ada kerutan, bahkan tidak ada kedipan mata. Dia melakukan tindakan itu seperti mesin, seolah-olah nyawa yang baru saja dia ambil tidak berarti apa-apa.

Setelah menyaksikan tindakan dingin Tuấn berulang kali, umat Buddhis awam yang penuh kasih itu akhirnya memutuskan untuk mendekatinya. Dengan kepedulian yang tulus, dia memberikan kata nasihat yang lembut, berharap dapat membangkitkan percikan kasih sayang yang mungkin masih tersembunyi dalam hati Tuấn.

“Tuấn,” kata saya lembut, “Saya tidak bermaksud menggurui, tapi apakah kau tidak takut akan konsekuensi karma dari membunuh begitu banyak ayam? Buddha mengajarkan bahwa semua makhluk hidup memiliki jiwa. Mengambil nyawa mereka adalah menanam benih penderitaan.” Tuấn menatap saya, matanya dingin dan tajam, berkilat dengan sedikit rasa kesal. Dia tertawa sinis dan berkata dengan suara rendah, “Kamu bicara seperti orang yang percaya takhayul. Saya bunuh ayam untuk mencari nafkah – bukan seperti membunuh manusia. Karma? Saya tidak percaya omong kosong itu.”

Meskipun umat Buddhis awam telah menasehati Tuấn dengan lembut berkali-kali, dia tetap tidak tergoyahkan. Meskipun demikian, umat Buddhis memahami bahwa Tuấn bukanlah orang yang kejam secara alami – ia hanya terbebani dengan tanggung jawab untuk menafkahi keluarganya, dan dalam melakukannya tanpa sadar telah menciptakan karma berat dari pembunuhan. Namun menurut hukum sebab-akibat yang halus, karma pembunuhan tidak hanya timbul dari tindakan itu sendiri, tetapi juga dari hati yang tertutup oleh kebodohan dan ketidakpedulian terhadap penderitaan makhluk lain. Selama keadaan meditasi dalam, umat Buddhis ini mengalami firasat menyakitkan –memperingatkan akan tragedi yang akan datang.

Dalam mimpi yang kabur, saya mendapati diri saya berdiri di depan toko buah, tetapi itu bukan pemandangan yang familiar seperti di siang hari. Langit gelap pekat, dan tidak ada seorang pun yang terlihat. Tiba-tiba, seekor ayam jantan raksasa muncul di tengah halaman kecil. Dia setidaknya sepuluh kali lebih besar dari ayam biasa, dengan bulu merah menyala seperti api. Mata bulatnya yang bercahaya bersinar terang di kegelapan, menatap lurus ke arah saya. Saya ingin berlari, tetapi kaki saya terasa seperti terikat, saya tidak bisa bergerak. Ayam jantan itu tidak berkokok atau berjuang; dia hanya berdiri di sana, tidak bergerak, matanya yang membara seolah menembus langsung ke dalam jiwa saya. Lalu dia berbicara – bukan suara ayam jantan, tapi suara dalam dan jelas seperti suara manusia: “Dia akan membayar dengan kakinya sendiri. Darah telah tumpah, hutang harus dibayar.”

Menurut ajaran Buddha, ketidakpercayaan terhadap hukum sebab akibat itu sendiri merupakan bentuk kebodohan, karena karma bekerja apakah kita percaya padanya atau tidak, sama seperti gravitasi terus bekerja meskipun kita lupa akan keberadaannya. Setelah mengalami mimpi nubuat yang aneh itu, umat Buddhis awam itu hanya bisa berdoa dalam diam agar Tuấn tersadarkan sebelum terlambat. Namun, ketika karma telah matang sepenuhnya, konsekuensinya tak terhindarkan. Pada musim dingin 2023, Tuấn mengalami kecelakaan serius saat sedang mengantar ayam-ayam ke pelanggan.

Tuấn terbaring di tempat tidur rumah sakit, wajahnya pucat, kakinya terbungkus rapat dengan perban, meskipun bercak-bercak merah sudah meresap melalui kain putih. Dokter memberitahu saya bahwa dia mengalami patah tulang paha yang parah, disertai kerusakan tulang belakang yang serius. Mereka telah melakukan yang terbaik dengan operasi, tetapi peluangnya untuk bisa berjalan lagi hampir nol. Dia lumpuh dari pinggang ke bawah, kemungkinan seumur hidup.

Setelah kecelakaan itu, kehidupan Tuấn dan Hoa terjerumus ke dalam lingkaran penderitaan. Sendirian, Hoa menanggung beban berat merawat suaminya yang kini terbaring di tempat tidur. Dia harus menjual harta benda keluarga untuk membiayai tagihan medis dan obat-obatan suaminya. Karma mengambil nyawa adalah salah satu beban terberat – ia tidak hanya merugikan individu, tetapi juga orang-orang yang terhubung dengan uang yang tercemar, sama seperti Hoa dan anak kecil mereka kini ikut merasakan penderitaan bersama suaminya setiap hari. Suatu hari, diliputi rasa bersalah dan penyesalan, Tuấn mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan biksu awam.

“Saya salah,” katanya, air mata mengalir di wajahnya. “Saya tak seharusnya bunuh mereka. Saya tak seharusnya meremehkan karma. Sekarang saya percaya… tapi sudah terlambat!” “Malam kemarin, saya bermimpi seorang pria berpakaian hitam, wajahnya tidak jelas, berdiri di sudut kamar saya. Dia tidak berkata apa-apa, hanya menunjuk ke kaki saya dan tertawa. Tapi tawanya tidak terdengar seperti tawa manusia, bergema seolah datang dari dalam tanah yang dalam. Lalu dia berkata: ‘Ini baru permulaan. Darah belum cukup. Hutang belum dibayar.’ Saya terbangun kaget, tapi rasa dingin dari mimpi itu masih melekat padaku, terasa amat nyata.” Saya memegang tangannya dan mencoba berbicara dengan tenang: “Tuấn, sekarang kau telah menyadari kesalahanmu, belum terlambat. Mohon, bertobatlah dengan tulus, bacalah nama Buddha, dan mintalah pengampunan. Apa yang kau tabur, memang harus kau bayar, tapi penyesalan yang tulus dapat membantu meringankan beban karma.” Dia menggelengkan kepala, air mata mengalir lebih deras: “Kau tidak mengerti.” Saya bisa merasakannya sekarang! Kematian bukanlah akhir. Saya takut kehidupan berikutnya akan lebih buruk dari yang ini. Saya telah membunuh begitu banyak ayam... Saya hutang begitu banyak nyawa… Bagaimana saya bisa membayar?!”

Saat kita menyaksikan penyesalan mendalam Tuấn atas perbuatannya, kita diingatkan bahwa penyesalan harus disertai dengan perubahan nyata. Maha Guru Ching Hai (vegan) sering menekankan bahwa meskipun penyesalan yang tulus sangat penting, beban karma dari pembunuhan sangat besar, dan hanya mengubah total cara hidup kita yang dapat membantu kita melampauinya. Master pernah menjelaskan dengan penuh kasih tentang pentingnya menjadi vegan dalam konteks ini:

Ketika Anda mulai berbalik arah sekarang dan mengucapkan Nama Suci para Santo atau Buddha, serta semua mantra dari Buddha, maka tolong jadilah vegan, tolong. Karena jika Anda vegan, maka Anda lebih terhubung dengan kehidupan, bukan dengan kematian, bukan dengan pembunuhan. Karma pembunuhan sangat, sangat berat. Dan bahkan jika Anda mengucapkan dengan tulus, tetapi Anda tidak memiliki cukup waktu untuk membangun energi suci dan membangkitkan ini, maka sangat sulit menggunakan energi yang sedikit untuk mencapai Tanah dan Alam para Buddha dan Jiwa Suci yang Lebih Tinggi. Oleh karena itu, Anda harus menjadi vegan untuk diri sendiri, bukan hanya karena belas kasihan terhadap penderitaan insan-hewan, tetapi untuk diri sendiri, agar Anda tidak terhubung dengan karma membunuh yang berat, membebani, dan merugikan ini, yang akan menenggelamkan Anda, merendahkan Anda, dan menyeret Anda ke keberadaan yang lebih rendah atau neraka!

Mari kita renungkan kata-kata ini dengan mendalam. Memilih hidup vegan bukan hanya tindakan belas kasih—itu adalah tali penyelamat bagi jiwa kita. Semoga kita dapat belajar dari kisah Tuấn untuk memperluas kebaikan kepada semua makhluk hidup dan menumbuhkan belas kasih dalam segala hal yang kita lakukan.
Tonton Lebih Banyak
Daftar Putar (1/100)
2
Sains dan Spiritualitas
2025-08-27
533 Tampilan
3
Sains dan Spiritualitas
2025-08-20
563 Tampilan
4
Sains dan Spiritualitas
2025-08-13
668 Tampilan
5
Sains dan Spiritualitas
2025-08-06
776 Tampilan
6
Sains dan Spiritualitas
2025-08-02
523 Tampilan
7
Sains dan Spiritualitas
2025-07-30
1197 Tampilan
8
Sains dan Spiritualitas
2025-07-23
1264 Tampilan
9
Sains dan Spiritualitas
2025-07-16
1828 Tampilan
10
Sains dan Spiritualitas
2025-07-09
1473 Tampilan
11
Sains dan Spiritualitas
2025-07-02
1051 Tampilan
12
Sains dan Spiritualitas
2025-06-28
1584 Tampilan
13
Sains dan Spiritualitas
2025-06-25
1126 Tampilan
14
Sains dan Spiritualitas
2025-06-21
2430 Tampilan
15
Sains dan Spiritualitas
2025-06-18
1809 Tampilan
16
Sains dan Spiritualitas
2025-06-11
2052 Tampilan
17
Sains dan Spiritualitas
2025-06-04
2747 Tampilan
18
Sains dan Spiritualitas
2025-05-21
1365 Tampilan
19
Sains dan Spiritualitas
2025-05-14
1560 Tampilan
20
Sains dan Spiritualitas
2025-05-07
1684 Tampilan
21
Sains dan Spiritualitas
2025-04-30
1620 Tampilan
22
Sains dan Spiritualitas
2025-04-23
1841 Tampilan
24
Sains dan Spiritualitas
2025-03-26
1346 Tampilan
25
Sains dan Spiritualitas
2025-03-19
1618 Tampilan
26
Sains dan Spiritualitas
2025-03-12
1629 Tampilan
27
Sains dan Spiritualitas
2025-03-05
1805 Tampilan
28
Sains dan Spiritualitas
2025-02-28
2465 Tampilan
29
Sains dan Spiritualitas
2025-02-19
1577 Tampilan
30
Sains dan Spiritualitas
2025-02-12
1496 Tampilan
31
Sains dan Spiritualitas
2025-02-05
1944 Tampilan
32
Sains dan Spiritualitas
2025-01-29
1841 Tampilan
33
Sains dan Spiritualitas
2025-01-22
2035 Tampilan
34
Sains dan Spiritualitas
2025-01-15
1712 Tampilan
35
Sains dan Spiritualitas
2025-01-08
2191 Tampilan
36
Sains dan Spiritualitas
2025-01-01
1854 Tampilan
37
21:16

Ilmu Kepingan Salju

1709 Tampilan
Sains dan Spiritualitas
2024-12-25
1709 Tampilan
38
Sains dan Spiritualitas
2024-12-18
2374 Tampilan
39
Sains dan Spiritualitas
2024-12-11
1949 Tampilan
40
Sains dan Spiritualitas
2024-12-09
1604 Tampilan
41
Sains dan Spiritualitas
2024-12-06
2691 Tampilan
42
Sains dan Spiritualitas
2024-12-04
2322 Tampilan
43
Sains dan Spiritualitas
2024-11-29
4676 Tampilan
44
Sains dan Spiritualitas
2024-11-27
1872 Tampilan
45
Sains dan Spiritualitas
2024-11-18
2525 Tampilan
46
Sains dan Spiritualitas
2024-11-17
1736 Tampilan
47
Sains dan Spiritualitas
2024-11-13
2030 Tampilan
48
Sains dan Spiritualitas
2024-11-10
2173 Tampilan
51
Sains dan Spiritualitas
2024-10-28
2842 Tampilan
52
Sains dan Spiritualitas
2024-10-23
1901 Tampilan
54
Sains dan Spiritualitas
2024-10-18
2230 Tampilan
55
Sains dan Spiritualitas
2024-10-16
3014 Tampilan
56
Sains dan Spiritualitas
2024-10-11
3087 Tampilan
57
Sains dan Spiritualitas
2024-10-09
2134 Tampilan
58
22:02
Sains dan Spiritualitas
2024-09-25
2456 Tampilan
59
Sains dan Spiritualitas
2024-09-18
1717 Tampilan
60
Sains dan Spiritualitas
2024-09-11
2147 Tampilan
61
Sains dan Spiritualitas
2024-08-28
2394 Tampilan
62
Sains dan Spiritualitas
2024-08-21
3254 Tampilan
63
Sains dan Spiritualitas
2024-08-14
2650 Tampilan
64
Sains dan Spiritualitas
2024-07-31
2926 Tampilan
65
Sains dan Spiritualitas
2024-07-24
3336 Tampilan
66
Sains dan Spiritualitas
2024-07-17
2673 Tampilan
67
Sains dan Spiritualitas
2024-07-10
3074 Tampilan
68
Sains dan Spiritualitas
2024-06-26
3597 Tampilan
69
Sains dan Spiritualitas
2024-06-19
3022 Tampilan
70
Sains dan Spiritualitas
2024-06-12
2932 Tampilan
71
Sains dan Spiritualitas
2024-05-29
3202 Tampilan
72
Sains dan Spiritualitas
2024-05-22
4322 Tampilan
73
Sains dan Spiritualitas
2024-05-15
2848 Tampilan
74
Sains dan Spiritualitas
2024-05-01
2670 Tampilan
75
Sains dan Spiritualitas
2024-04-24
3152 Tampilan
76
Sains dan Spiritualitas
2024-04-17
2874 Tampilan
77
Sains dan Spiritualitas
2024-04-10
3004 Tampilan
78
Sains dan Spiritualitas
2024-03-27
3874 Tampilan
79
Sains dan Spiritualitas
2024-03-20
3816 Tampilan
80
Sains dan Spiritualitas
2024-03-13
5313 Tampilan
83
Sains dan Spiritualitas
2024-02-16
3680 Tampilan
84
Sains dan Spiritualitas
2024-01-31
3255 Tampilan
85
Sains dan Spiritualitas
2024-01-24
3629 Tampilan
86
Sains dan Spiritualitas
2024-01-17
3972 Tampilan
88
Sains dan Spiritualitas
2023-12-27
3199 Tampilan
89
Sains dan Spiritualitas
2023-12-20
3910 Tampilan
90
Sains dan Spiritualitas
2023-12-13
3079 Tampilan
91
Sains dan Spiritualitas
2023-11-29
4715 Tampilan
92
Sains dan Spiritualitas
2023-11-22
3060 Tampilan
93
Sains dan Spiritualitas
2023-11-15
3901 Tampilan
94
Sains dan Spiritualitas
2023-11-01
3719 Tampilan
96
Sains dan Spiritualitas
2023-10-18
3240 Tampilan
97
Sains dan Spiritualitas
2023-10-11
4422 Tampilan
98
Sains dan Spiritualitas
2023-09-27
2723 Tampilan
99
Sains dan Spiritualitas
2023-09-20
3807 Tampilan
100
Sains dan Spiritualitas
2023-09-13
3542 Tampilan
Tonton Lebih Banyak
Video Terbaru
Berita Patut Disimak
2025-09-06
409 Tampilan
Antara Guru dan Murid
2025-09-06
514 Tampilan
Berita Patut Disimak
2025-09-05
609 Tampilan
38:30
Berita Patut Disimak
2025-09-05
1 Tampilan
Kata-kata Bijak
2025-09-05
1 Tampilan
Dunia Sekitar Kita
2025-09-05
1 Tampilan
Dunia Satwa: Sesama Penghuni Kita
2025-09-05
1 Tampilan
Antara Guru dan Murid
2025-09-05
709 Tampilan
Bagikan
Bagikan ke
Lampirkan
Mulai pada
Unduh
Mobile
Mobile
iPhone
Android
Tonton di peramban seluler
GO
GO
Prompt
OK
Aplikasi
Pindai kode QR, atau pilih sistem telepon yang tepat untuk mengunduh
iPhone
Android